Sunday, August 23, 2015

Matahari di Atas Batavia

Tempat Pelelangan

Klik Batavia adalah website yang komplit tentang Batavia. Maka dari itu kurang lengkap kalau tidak ada novel yang bercerita tentang kota tua ini, menjadikannya panggung yang menegangkan dan sekaligus romantis.
Novel ini diangkat dari kehidupan nyata di Batavia, penelitian sejarah kota ini pada tahun 1737-1740 dimana mayoritas penduduk kota adalah orang Tionghoa dan yang memerintah adalah orang Belanda. Kehidupan Batavia pada saat itu sangat religius dengan dominasi kehidupan gereja protestan Kalvinis. Sebaliknya kehidupan dipecinan yang berada diluar tembok kota adalah agama kelenteng.
Novel ini mengangkat kisah seorang sinshe yang bertugas di rumah sakit Tionghoa, sayang rumah sakit itu sudah diruntuhkan tanpa bekas dan sudah dilupakan orang. Diceritakan percintaan antara seorang sinshe dengan gadis berdarah campuran Belanda - Tionghoa. Latar belakang percintaan mereka adalah peristiwa 1740 yang mana Batavia di serang orang Tionghoa dibawah pimpinan Khe Panjang dan peristiwa pembantaian orang Tionghoa.  
Ditulis oleh seorang sejarahwan dan penulis yang lagi naik daun Chen Ming Sien, akan bertutur dalam cerita bersambung. Novel ini sebuah gebrakan dari bentuk novel tradisional yang satu arah. Sebaliknya novel ini dua arah dimana pembaca dapat memberi komentar dan saling berkomentar serta berdiskusi.

Wisindo, Wisata Indonesia

Tepi Sungai Arut

Selamat datang di situs Wisindo. Kami senantiasa memberikan informasi wisata di Indonesia sampai dengan kota sekecil apa pun. Bagi kami semua tempat di Indonesia adalah Indah dan dapat dijual sebagai tujuan pariwisata. Apakah seluruh wilayah Indonesia adalah surganya pariwisata? Tergantung bagaimana kita melihatnya. Website ini mengajak anda untuk mengekplorasi seluruh wilayah Indonesia. Kami memandang Nusantara sebagai halaman luas yang dimana saja dapat ditanami “pohon pariwisata” yang nantinya akan berbuah memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Maka dari itu kami terbuka jika ada pemerintah daerah yang ingin mempromosikan pariwisata di daerahnya di website ini.
Selain itu situs kami juga melakukan pendidikan pariwisata bagi siapa saja yang ingin tahu apa itu pariwisata. Maka dari itu banyak tulisan pariwisata yang mudah dimengerti oleh semua orang. Kami selalu berusaha menyederhanakan segala hal yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Teori-teori pariwisata yang hanya dimengerti oleh dunia kampus diubah menjadi sederhana dan enak dibaca.
Jangan lupa, situs ini mengungkap secara lebih luas tentang perencanaan pariwisata. Bagi kami masalah pariwisata bukan hanya bagaimana mempromosikannya sehingga laku dijual, tetapi juga bagaimana mempersiapkannya. Suatu perencanaan pariwisata merupakan multidisiplin. Untuk itu kami bekerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka untuk menjelaskan hal ini.
Kami juga menyajikan tulisan-tulisan ringan, enak dibaca dan memberi pendidikan pariwisata. Cita-cita kami adalah semua orang Indonesia sadar wisata. Dengan demikian akan mudah menatanya dan mempromosikan pariwisata. Kekuatan pariwisata sebenarnya terletak pada kesadaran masyarakatnya untuk menjadi masyarakat yang “menjual” pariwisata.
Selamat Datang di Wisindo!

Friday, February 13, 2015

Selamat Datang

 Kali Semarang Di Pandang Dari Gang Lombok

Selamat datang di Kali Semarang, sebuah sungai yang sangat menentukan pertumbuhan kota semarang. Kali adalah sungai dalam bahasa Jawa, karena itu namanya Kali Semarang. Dari sungai kecil inilah kota metropolitan berkembang. Dalam konteks ini, web site ini secara khusus menyoroti tentang sejarah, perencanaan, dan budaya yang ada di kota lama Semarang.
 
Di awal abad ke 20 kota semarang di juluki “Parijs van Java” karena merupakan kota yang indah di Jawa dan keindahannya menyamai kota paris. Tetapi sekarang kota ini sudah kehilangan keindahannya. Bagian kota Semarang yang indah adalah kota lamanya tetapi sekarang mengalami banyak kerusakan lingkungan dan mati.
 
Berbagai cara telah dilakukan pemeritah kota dan beberapa Lembaga Swadaya masyarakat tetapi tetap saja Kota lama Semarang terus menerus sekarat. Kami berpendapat bahwa untuk mengembalikan keindahan kota Semarang membutuhkan usaha dari semua pihak, kesadaran akan pentingnya kota lama bagi kehidupan sekarang. Titik focus dari revitalisasi ini adalah embryonya yakni Kali Semarang.
 
Kenyataannya kali semarang semakin lama menjadi bagian dari drainase kota. Kalau dulu terkenal sebagai sungai yang dapat di layari, sekarang tidak lebih dari tempat pembuangan semua toilet keluarga disepanjang sungai bersejarah ini. Merevitalisasi kota lama semarang tidak lepas dari menghidupkan kembali Kali Semarang.
 
Agar orang tidak melupakan kali yang bersejarah, kami merilis blog Kali Semarang. Mengkampanyekan kepada siapa saja untuk bersahabat dengan Kali embryo kota ini. Tentunya kami sangat senang jika anda berpartisipasi dalam website ini. Menulis komentar pada artikel di Kali Semarang adalah kehormatan kami. Bahkan hanya membaca artikel saja anda sudah berpartisipasi dalam menghidupkan kembali Kali Semarang.
Selamat mengikuti.
 

Perlu Kejujuran

Gerobak Sampah

Kebiasaan menampilkan yang baik pada saat - saat tertentu ini mungkin sudah terlalu mendarah daging pada kehidupan kita. Bukan hanya Pak Lurah yang tiba - tiba menggerakkan kebersihan kampung karena akan ditinjau Pak Camat, sejak dari kanak - kanakpun kita terbiasa dengan mekanisme seperti ini. Membersihkan kuku jari tangan dan gosok gigi seringkali dilakukan hanya karena ada perlombaan anak sehat, atau karena akan ada pemeriksaan dari Pak Guru, dan bagi yang tidak bersih akan segera mendapat hukuman.

Padahal kampung yang bersih belum tentu menandai masyarakat yang sejahtera.Bukan pula kota yang indah dan mendapat Adipura akan terbebas dari gubug-gubug liar karena kemelaratan warga kotanya.Penghargaan formal yang dimaksudkan untuk mencari kebaikan telah menjadi tujuandari ambisi-ambisi pribadi yang sulit didapat kebenarannya,karena kebenaran dari kenyataan yang ada itu sendiri telah dibedakan sedemikian rupa hingga tertutup rapi.

Kendatipun demikian, abad informasi yang sekarang ini bukan sekedar mencari wangsit atau pralambang sesuatu peristiwa.Untuk mendapatkan pratanda kemajuan bukan hanya secara kebetulan mendapatkan suara ajaib seperti Ki Ageng Pemanahan dangan air kelapanya. Kemajuan membutuhkan kebiasasan hidup yang baik,yang rutin dan mendasar.Sedang yang kita inginkan hanyalah simbol, lambing  hanya menyentuh segala sesuatu yang kasat mata, serta tanpa rutinitas yang berke-sinambungan.

Masalahnya, bagaimana kita akan menampilkan kebenaran jika kita masih percaya akan 'jujur - hancur', bertindak jujur pra-lambang kehancuran di kemudian hari? Sedang pada arah yang berlawanan, tantangan akan problema ketenagakerjaan, ke-miskinan dan berbagai masalah sosial lainnya tidak terjawab oleh program - program pembangun an yang berjaring di permukaan saja. Kiranya kita sangat me merlukan kejujuran sehingga  semangat kerja tumbuh bukan karena penghargaan yang ditunggu.

Pralambang  yang menurut kepercayaan Jawa merupakan prediksi yang sangat informatif dari segala sesuatu yang akan terjadi diwaktu mendatang agaknya telah bergeser artinya menjadi satu beban, beban budaya dari kemajuan bangsa kita. Pembangunan bukan bermakna sebagai banyaknya penghargaan yang kita dapat, tetapi bagaimana menumbuhkan kejujuran dan keterbukaan sebagai landasan semangat kerja. Baik bagi mereka yang berada di lapisan masyarakat terbawah sampai para  pemimpinnya.
 
Mungkinkah beban ini disingkirkan? Jika tidak, apakah barangkali kita sedang mengalami stagnasi? Agaknya menjadi satu  pertanyaan yang sangat sulit dicari jawabnya.

Rasio

Tugu Adipura Di Semarang

Namun di dalam gejolak zaman yang semakin berteknologi canggih ini pralambang dan pasemon semakin sedikit yang mempercayainya. Masuknya akal logika Barat terlalu banyak menggeser mitos- mitos tradisional. Rupa - rupanya rasio mengusir kepercayaan akan kekuatan gaib yang dulu menjadi panutan hidup.

Di lain pihak rasio juga mengembangkan sifat - sifat masyarakat yang mencari lambang, atau simbol guna menutupi kejelekan yang ada. Ambil contoh jika kita akan merayakan peringatan hari Kemerdekaan, Pak Lurah memberi instruksi akan kerja bakti secara masal, mulai dari membersihkan selokan sampai mengapur dinding pagar, sehingga jika Pak Camat atau aparat pemerintahan yang lebih tinggi meninjau, seluruh jalan di Kalurahan itu nampak bersih. Walaupun seminggu setelah perayaan pagar yang putih dikencingi kembali, sedang selokan yang lancar, kembali menjadi tempat pembuangan sampah.

Lucunya, sekarang ini pralambang  menjadi semacam ukuran sesuatu yang dianggap  baik' dan bahkan "bergengsi'. Piala Adipura misalnya, piala penghargaan bagi kota - kota yang menurut penilaian adalah kota yang bersih, kini seakan - akan menjadi gadis cantik yang dikejar mati - matian. Sehingga beberapa waktu yang lalu kota Solo gempar karena muncul larangan untuk ti-dak menyebar kembang pada iring - iringan jenasah. Alasan-nya kembang - kembang tadi akan mengotori jalan, menggangu keindahan kota. Nampak kiranya bahwa kembang yang menjadi pralambang kematian  ditafsir secara rasional menjadi sesuatu yang tabu. Sedang Adipura yang sekedar piala penghargaan berubah menjadi mitos baru lambang kesempurnaan pengelolaan perkotaan, tolok ukur kesuksesan pembangunan kota yang seolah - olah tidak dapat dibantah lagi.

Pralambang

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Bagi kita, sebenarnya abad informasi sudah ada semenjak dulu. Seperti di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sudah lama orang menganggap peristiwa maupun hal - hal tertentu dapat menjadi proyeksi akan sesuatu yang mungkin abstrak dan terjadi di masa mendatang. Mereka menyebut informasi terselubung ini sebagai 'pralambang' atau 'pasemon'.

Dalam cerita tentang asal usul raja - raja Mataram misalnya, dituturkan bahwa Ki Ageng Pemanahan ketika meminum air kelapa yang ditinggal oleh Ki Ageng Giring, mendapatkan tanda dari suatu suara  bahwa. keturunannya akan menjadi raja - raja di Jawa.

Seakan-akan pralambang atau pasemon menjadi satu hal yang wajar dalam alur kehidupan kita. Begitu pula, di dalam perilaku sehari - hari dikenal beberapa hal yang tabu, seperti tidak boleh memegang kepala orang yang lebih tua tanpa alasan yang sungguh - sungguh berarti. Pelanggaran hal - hal yang tabu dipercayai akan mengundang akibat buruk di masa datang.

Demikian pula menjadi satu hal tabu, jika di dalam pergaulan tidak mengenal unggah - ungguh. Selain larangan keras  mempergunakan tangan kiri untuk
menerima atau memberi sesuatu kepada orang lain, juga dianggap tidak sopan jika secara terang - terangan mengemukakan ketidaksenangannya terhadap orang lain. Sehingga di dalam pewayangan diperlukan satu babak yang disebut 'goro - goro', wahana untuk mengritik secara halus yang tidak terang - terangan.

Menyingkirkan Beban Budaya Kita

Rumah Panjang Dayak di Kabupaten Murung Raya, Prov. Kalteng

Horisontalisme, mungkin satu istilah yang paling tepat untuk menunjuk arsitektur Indonesia. Dari pintu gerbang yang beratap Semar Tinandu, pendopo keraton lengkap dengan bangunan - bangunan lain di dekatnya, hingga ke rumah panjang suku Dayak di Kalimantan, selalu bermain dengan kombinasi garis dan bidang datar. Irama vertikal dari kolom dan jendela tenggelam di dalam sentuhan Irama horisontal yang dominan. Sungguh sangat berbeda dengan gaya arsitektur Barok, Gotik, maupun Renaisance yang berkembang di Eropa, dimana lebih mengungkapkan skala Tuhan yang vertikal, garis - garis jendela dan kolom yang meninggi. Satu kebalikan yang sangat nyata dengan corak arsitektur kita.

Keseimbangan antara mikro dan makro kosmospun terung kap melalui susunan ruang. Makro kosmos dilambangkan dengan tempat hunian dalam ling kup keluarga, dimana pelbagai makna tersirat pada bentuk atap susunan ruang dalam, warna tiang atau soko guru. Dari situ terbaca pula strata sosial penghuninya. Sedang sebagai penghubung dengan makro kosmo atau jagad raya sebagai satuan yang lebih besar, terbaca melalui arah pintu gerbang, orientasi rumah dan sebagainya.

Kendatipun demikian, keunggulan arsitektur tradisional kita tentunya adalah lambang - lambang yang menyatu dengan wujud fisik bangunannya. Sepert jarak umpak, besarnya soko guru, jumlah usuk pada atap joglo memiliki angka - angka perhitungan yang rumit didasari angka - angka keramat yang menjadi mitos serta dipercayai angka - angka tadi tidak tepat akan membawa petaka bagi penghuninya. Maka dari itu, boleh, dikatakan bahwa masyarakat kita tak pernah lepas dari symbol, lambang yang mengisi kehidupannya.