Friday, February 13, 2015

Perlu Kejujuran

Gerobak Sampah

Kebiasaan menampilkan yang baik pada saat - saat tertentu ini mungkin sudah terlalu mendarah daging pada kehidupan kita. Bukan hanya Pak Lurah yang tiba - tiba menggerakkan kebersihan kampung karena akan ditinjau Pak Camat, sejak dari kanak - kanakpun kita terbiasa dengan mekanisme seperti ini. Membersihkan kuku jari tangan dan gosok gigi seringkali dilakukan hanya karena ada perlombaan anak sehat, atau karena akan ada pemeriksaan dari Pak Guru, dan bagi yang tidak bersih akan segera mendapat hukuman.

Padahal kampung yang bersih belum tentu menandai masyarakat yang sejahtera.Bukan pula kota yang indah dan mendapat Adipura akan terbebas dari gubug-gubug liar karena kemelaratan warga kotanya.Penghargaan formal yang dimaksudkan untuk mencari kebaikan telah menjadi tujuandari ambisi-ambisi pribadi yang sulit didapat kebenarannya,karena kebenaran dari kenyataan yang ada itu sendiri telah dibedakan sedemikian rupa hingga tertutup rapi.

Kendatipun demikian, abad informasi yang sekarang ini bukan sekedar mencari wangsit atau pralambang sesuatu peristiwa.Untuk mendapatkan pratanda kemajuan bukan hanya secara kebetulan mendapatkan suara ajaib seperti Ki Ageng Pemanahan dangan air kelapanya. Kemajuan membutuhkan kebiasasan hidup yang baik,yang rutin dan mendasar.Sedang yang kita inginkan hanyalah simbol, lambing  hanya menyentuh segala sesuatu yang kasat mata, serta tanpa rutinitas yang berke-sinambungan.

Masalahnya, bagaimana kita akan menampilkan kebenaran jika kita masih percaya akan 'jujur - hancur', bertindak jujur pra-lambang kehancuran di kemudian hari? Sedang pada arah yang berlawanan, tantangan akan problema ketenagakerjaan, ke-miskinan dan berbagai masalah sosial lainnya tidak terjawab oleh program - program pembangun an yang berjaring di permukaan saja. Kiranya kita sangat me merlukan kejujuran sehingga  semangat kerja tumbuh bukan karena penghargaan yang ditunggu.

Pralambang  yang menurut kepercayaan Jawa merupakan prediksi yang sangat informatif dari segala sesuatu yang akan terjadi diwaktu mendatang agaknya telah bergeser artinya menjadi satu beban, beban budaya dari kemajuan bangsa kita. Pembangunan bukan bermakna sebagai banyaknya penghargaan yang kita dapat, tetapi bagaimana menumbuhkan kejujuran dan keterbukaan sebagai landasan semangat kerja. Baik bagi mereka yang berada di lapisan masyarakat terbawah sampai para  pemimpinnya.
 
Mungkinkah beban ini disingkirkan? Jika tidak, apakah barangkali kita sedang mengalami stagnasi? Agaknya menjadi satu  pertanyaan yang sangat sulit dicari jawabnya.

No comments:

Post a Comment