Semarang 1909, Bandingkan Dengan Keadaan Sekarang.
Fragmentasi ruang adalah satu istilah untuk mencoba mencari dimana batas kota secara fisik yang tumbuh dengan cepat disertai dengan terpecah-pecahnya pusat kota tanpa terdeteksi. Di dalam koloquium internasional tentang fragmentasi ruang yang diadakan di Leuven – Belgia - tidak dicapai kesepakatan apa itu wujud fragmentasi ruang kota. Ini semua karena daerah periphery kota dari tiap-tiap negara memiliki karakternya sendiri-sendiri, sehingga sangat sulit untuk mencapai satu kesepakatan. Walaupun demikian. fragmentasi ruang selalu ada terutama pada negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Dalam konteks Semarang daerah periphery ini pun memiliki cirinya yaag berhubungan langsung dengan struktur wilayah di sekitarnya.
Selama hampir dua dekade ini pertumbuhan Semarang telah mela-lui kecepatan yang maha dahsyat. Sehingga, dari wujud fisik telah melewati batas administratif dan mencaplok kota-kota kecil di sekitarnya seperti Mranggen dan Ungaran. Dua puluh tahun yang lalu, di sepanjang jalan antara Semarang dan Mranggen banyak terdapat tanah kosong yang dimanfaatkan sebagai sawah ataupun tegalan. Sekarang di sepanjang jalan tadi dijumpai deretan rumah yang hampir tak pernah putus. Jelas gejala ini mengurangi produktifitas lahan karena perubahan fungsi, selain itu juga rnenjadi indikasi bahwa Semarang benar-benar menjadi Metropolis yang tumbuh tanpa kendali.
Demikian pula sepanjang jalan antara Semarang dan Ungaran yang dulu berupa tanah persawahan. Sekarang hampir tiap jengkal tanah yang masih kosong telah disiapkan guna difungsikan baik sebagai tempat industri maupun sebagai area perumahan yang tentu saja member! dampak berupa berkurangnya luas lahan yang mampu menyerap air dan banjir di Semarang bawah tidak pernah dapat dihindarkan.
Bahkan fragmentasi ruang terjadi di bagian Utara kota yang berbatasan dengan Laut Jawa. Tanah yang sebelumnya merupakan rawa dan tambak, sekarang menjadi area perumahan dan berbagai peruntukan lainnya, Walaupun dari kacamata pertumbuhan kota menunjukkan Semarang telah menjadi metropolis, namun fragmentasi ruang dengan area pemukiman maupun industri yang baru memberi akibat pada kerancuan sistem perencanaan kota dan menimbulkan banyak sekali kesulitan di dalam mengambil keputusan dalam rangka pembangunan kota yang kontekstual.
Selama hampir dua dekade ini pertumbuhan Semarang telah mela-lui kecepatan yang maha dahsyat. Sehingga, dari wujud fisik telah melewati batas administratif dan mencaplok kota-kota kecil di sekitarnya seperti Mranggen dan Ungaran. Dua puluh tahun yang lalu, di sepanjang jalan antara Semarang dan Mranggen banyak terdapat tanah kosong yang dimanfaatkan sebagai sawah ataupun tegalan. Sekarang di sepanjang jalan tadi dijumpai deretan rumah yang hampir tak pernah putus. Jelas gejala ini mengurangi produktifitas lahan karena perubahan fungsi, selain itu juga rnenjadi indikasi bahwa Semarang benar-benar menjadi Metropolis yang tumbuh tanpa kendali.
Demikian pula sepanjang jalan antara Semarang dan Ungaran yang dulu berupa tanah persawahan. Sekarang hampir tiap jengkal tanah yang masih kosong telah disiapkan guna difungsikan baik sebagai tempat industri maupun sebagai area perumahan yang tentu saja member! dampak berupa berkurangnya luas lahan yang mampu menyerap air dan banjir di Semarang bawah tidak pernah dapat dihindarkan.
Bahkan fragmentasi ruang terjadi di bagian Utara kota yang berbatasan dengan Laut Jawa. Tanah yang sebelumnya merupakan rawa dan tambak, sekarang menjadi area perumahan dan berbagai peruntukan lainnya, Walaupun dari kacamata pertumbuhan kota menunjukkan Semarang telah menjadi metropolis, namun fragmentasi ruang dengan area pemukiman maupun industri yang baru memberi akibat pada kerancuan sistem perencanaan kota dan menimbulkan banyak sekali kesulitan di dalam mengambil keputusan dalam rangka pembangunan kota yang kontekstual.
No comments:
Post a Comment