Kali Semarang Di Dekat Tjap Kauw King
Walaupun demikian, setidak-tidaknya sekarang ini satu keguncangan presepsi manusia terhadap perubahan tata ruang disana (di lingkungan Kali Semarang ) sedang terjadi. Bagaikan bocah yang kehilangan identitas, para penghuni lingkungan Kali Semarang sedang mencari bentuk presepsi yang baru. Presepsi manusia terhadap tata ruang yang berubah berbanding sejajar dengan perubahan proses komunikasi antar manusia itu sendiri Munculnya jalan baru dengan rumah-rumah di tepinya yang tidak teratur, tentu lain dengan jalan-jalan yang di kedua sisinya berderet rumah-rumah secara teratur mengapit jalan baru tadi.
Kerancuan tata ruang tadi masih didukung oleh proporsi lebar bidang datar dengan bidang vertikal yang timpang, membuat rumah-rumah di kedua sisi sungai seakan-akan terlepas satu sama lain. Perbandingan antara L (lebar) dan t (tinggi), bila L/t lebih besar dari satu.akan menghilangkan kualitas meruang kedua bidang vertikal terhadap ruang di antaranya.
Ditambah lagi dengan hilangnya dua blok rumah yang berbatasan dengan sungai yang masing-masing berada di jalan Petudungan dan Jalan Gang Warung tentunya akan merubah proses komunikasi manusia yang semu-la silang menjadi searah.
Apabila frekuensi interaksi manusia (intensitas kegiatan) tersebut berbanding searah dengan jumlah blok maka hilangnya satu blok disalah satu sisi jalan, akan menurunkan intensitas kegiatan di sana separo dari semula. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa jika sebelum terkena dampak normalisasi sungai saja (kedua blok di kedua sisi jalan Gang Warung dan jalan Petudungan) bila malam sudah diatas pukul 21.00 suasananya sudah sepi, apalagi jika normalisasi sungai telah rampung, kemungkinan besar (kalau tidak boleh dikatakan 'pasti') akan menjadi dua jalan yang mati. Dari sinilah munculnya satu prediksi akan timbulnya kerawanan sosial seperti pelacuran, garong dan sebagainya. Dan Jika rumah-rumah di jalan Kali-Kuping atau Tjap Kauw King tidak membuka orientasi ke jalan inspeksi, maka wilayah kerawanan akan bertambah luas.
Kerancuan tata ruang tadi masih didukung oleh proporsi lebar bidang datar dengan bidang vertikal yang timpang, membuat rumah-rumah di kedua sisi sungai seakan-akan terlepas satu sama lain. Perbandingan antara L (lebar) dan t (tinggi), bila L/t lebih besar dari satu.akan menghilangkan kualitas meruang kedua bidang vertikal terhadap ruang di antaranya.
Ditambah lagi dengan hilangnya dua blok rumah yang berbatasan dengan sungai yang masing-masing berada di jalan Petudungan dan Jalan Gang Warung tentunya akan merubah proses komunikasi manusia yang semu-la silang menjadi searah.
Apabila frekuensi interaksi manusia (intensitas kegiatan) tersebut berbanding searah dengan jumlah blok maka hilangnya satu blok disalah satu sisi jalan, akan menurunkan intensitas kegiatan di sana separo dari semula. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa jika sebelum terkena dampak normalisasi sungai saja (kedua blok di kedua sisi jalan Gang Warung dan jalan Petudungan) bila malam sudah diatas pukul 21.00 suasananya sudah sepi, apalagi jika normalisasi sungai telah rampung, kemungkinan besar (kalau tidak boleh dikatakan 'pasti') akan menjadi dua jalan yang mati. Dari sinilah munculnya satu prediksi akan timbulnya kerawanan sosial seperti pelacuran, garong dan sebagainya. Dan Jika rumah-rumah di jalan Kali-Kuping atau Tjap Kauw King tidak membuka orientasi ke jalan inspeksi, maka wilayah kerawanan akan bertambah luas.
No comments:
Post a Comment