Thursday, February 12, 2015

Kedatangan Belanda

 Semarang 1756

Diawal abad ke 17, Belanda mulai menduduki sebagian daerah Semarang dan mendirikan tangsi militernya di tepi Timur muara Kali (sungai) Semarang (gambar 3.4). Di pertengahan abad ke 17, pendatang dari Eropa ini menarik toll bagi semua kapal yang masuk ke Kali Semarang. Hal ini tentu menjadi beban bagi orang Tionghoa yang tinggal di Simongan yang jauh di hilir sungai. Sebagai reaksi, orang-orang Tionghoa menyerang tangsi Belanda tetapi tentara Belanda yang dilengkapi dengan meriam dapat mengalahkan mereka. Semenjak itu, orang Tionghoa yang kalah perang tadi dipindahkan dari Simongan ke arah Utara, di sisi timur Sungai di dekat tangsi militer Belanda, sehingga dengan mudah dapat di awasi kegiatannya. 6)

Di tahun 1678, Sultan Mataram menghadiahkan daerah Semarang kepada Belanda sebagai ucapan terima kasih atas jasanya di dalam meredakan pemberontakan di Jawa Timur. Dengan memiliki hak untuk memerintah Semarang, Belanda membangun sebuah benteng yang besar di sekeliling pos militernya.7) Pada tanggal 9 Juni 1702 Semarang dijadikan ibukota pantai utara Jawa Tengah yang waktu itu telah berada dibawah pemerintahan Belanda. 8) Karena itu, semakin banyak orang Belanda yang datang ke Semarang dan tinggal di dalam benteng. Kotapraja Semarang pun resmi didirikan untuk mengatur pemerintahan.

Sistem pemerintahan yang diterapkan di daerah jajahan ini menganut pembagian kelompok etnik. Kelompok etnik Pribumi berada di bawah pemerintahan bupati Semarang yang waktu itu diangkat oleh Belanda; Orang Belanda berada di bawah admistrasi kotapraja mereka; dan orang Tionghoa berada di bawah institusi Tionghoa Kongkoan yang dikepalai orang seorang kaptain Tionghoa nominasi pemerintah Belanda berdasarkan kekayaan dan kepatuhannya.9) Di tahun 1735 permukiman Belanda telah di perluas ke arah Timur di luar Benteng. Permukiman baru ini lebih besar dari Bentengnya. Selain itu mereka juga membangun jalan ke arah Selatan menuju ke pedalaman. Jalan ini di namai Ambengan.

Dengan adanya pemberontakan Tionghoa di Batavia tahun 1740, Belanda yang ketakutan akan pemberontakan Tionghoa lagi di Semarang, membumi hanguskan Pecinan dan menangkap beberapa pemimpinnya yang dicurigai menentang Belanda. Mereka mengubah aliran Sungai Semarang 200 meter ke Timur dan memindahkan orang Tionghoa ke tanah kosong di Barat sungai. Akibatnya, antara kota Belanda dan Pecinan dipisahkan oleh sungai. Di tahun 1750 Belanda membentengi kotanya dengan tembok dan kanal, sementara itu benteng lama yang lebih kecil sudah diruntuhkan.

No comments:

Post a Comment