Thursday, February 12, 2015

Catatan Kaki


Kauman
 
1) Selain beberapa catatan yang digunakan oleh para ahli sejarah guna merekonstruksi sejarah pulau Jawa, tidak ada dokumen sejarah yang lengkap mengenai Cheng Ho yang dapat digunakan sebagai dasar satu penelitian ilmiah.

2) Sejarah Sam Po ini telah ditulis beberapa kali oleh penulis yang berbeda berdasarkan legenda yang berkembang di tengah masyarakat. Lihat misalnya LIEM, 1933, WILLMOTT, 1960: 3, KONG, 1992.

3) PROBONEGORO, in DJAWA 1941. Usal nama Semarang ini terlepas dari pendapat Semarang merupakan akronim dari asam arang.

4) Perkiraan ini didasari oleh analisa Prof. Dr. Ir. R.W. Van Bemmelen, dikutip dari BUDIMAN, 1978:1.

5) BUDIMAN, 1978: 36 dan di dalam SUARA MERDEKA,  3 May 1991.

6) LIEM, 1933: 4-6.

7) LIEM 1933: 13.

8) LIEM, 1933: 18.

9) Kongkoan akhirnya dihapus di tahun 1931 dan dalam administrasi pemerintahan orang Tionghoa di tempatkan langsung dibawah pemerintah Belanda (LIEM, 1933: 286).

10) LIEM, 1933:89.

11) PANGLAYKIM dalam TAN, 1979: 76.

12) FLIERINGA, 1930: 163; BOGAERS, dalam NAS, 1986: 74.

13) LIEM, 1933: 136, 170, 184.

14) TILEMA, 1913: 121

15) LIEM, 1933: 190.

16) LIEM, 1933: 190.

17) Thomas Karsten lahir di tahun 1884 di Amsterdam. Dari tahun 1904 sampai dengan tahun 1909 dia belajar arsitektur di TH Delf. Di tahun 1914, dia berlayar ke Semarang dan menjadi kepala sebuah kantor arsitektur. Di tahun 1942 di diinternir Jepang dan meninggal  tiga tahun kemudian (AKHIHARY, 1988: 100).

18) FLIERINGA, 1930: 165

19) Dari pengamatan kami orang Cina yang tinggal di tempat yang sehat ini adalah peranakan; mereka mendidik anak-anak mereka dengan kebudayaan barat.

13) See BOGAERS dalam NAS 1986: 79.

14) Program perumahan yang disebut Volkhuisvestingdienst ini sangat terkenal dalam sejarah perencanaan kota di Indonesia. Bagaimanapun juga sampai dengan tahun 30an dewan kota masih membangun rumah yang berbeda untuk kelompok etnis yang berbeda: Belanda, Tionghoa, dan Pribumi. Belanda dan Tionghoa tinggal di rumah yang lebih besar dan kaum Pribumi tinggal di rumah yang lebih kecil (lihat FLIERINGA, 1930: 184-185).

15) LIEM, 1933: 190.

16) LIEM, 1933: 190.

17) Thomas Karsten lahir di tahun 1884 di Amsterdam. Dari tahun 1904 sampai dengan tahun 1909 dia belajar arsitektur di TH Delf. Di tahun 1914, dia berlayar ke Semarang dan menjadi kepala sebuah kantor arsitektur. Di tahun 1942 di diinternir Jepang dan meninggal  tiga tahun kemudian (AKHIHARY, 1988: 100).

18) FLIERINGA, 1930: 165

19) Dari pengamatan kami orang Cina yang tinggal di tempat yang sehat ini adalah peranakan; mereka mendidik anak-anak mereka dengan kebudayaan barat.

20) DJAWATAN Penerangan Kota Besar Semarang, 1953: 35.

21) SUARA MERDEKA 20 December 1991.

21) See SUARA MERDEKA, Nov. 21, 1986.

22) KOMPAS, 11 May  1976. Tetapi menurut Review Penataan Ruang Kota Metropolitan, luas keseluruhan kota Semarang adalah 37.400 Ha (DPU, 1990: II-1).

23  ) Perkembangan yang tak terprediksi ini menjadi masalah utama dari Master plan kota 1975 - 2000 yang mengalami deviasi demikian besar. Di 1990, Masterplan ini telah di tinjau kembali dan perencanaan baru dibuat lagi.


24  ) Semarang terletak antara 105° 45' dan 110° 30' Bujur Timur, 6° 50' dan 7° 05' Lintang Selatan (DPU, 1990: II-3).

25) DPU, 1990: II-1.

26) Semenjak 1961, sensus di Indonesia tidak pernah mencatat jumlah penduduk berdasarkan kelompok etnis (KOENTJARANINGRAT, 1984: 8).

27) DPU 1990: II-21.

28) SUARA MERDEKA, 3 May  1991.

29) Program perumahan ini didukung oleh Bank dan lembaga pemerintah. Untuk rakyat yang berpenghasilan rendah ada kredit rumah sampai 45 m2 dari Perumnas. Perumahan rakyat ini terletak di daerah pinggiran kota dan terkadang jauh dari transportasi kota. Perumahan ini dijual dengan cara kredit kepada masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk pegawai negeri yang pangkatnya masih di bawah. Pada kelas perumahan ini terdapat juga rumah susun, sebagai pengganti kampung perkotaan yang padat. Di Semarang, Perumnas membangun perumahan di Selatan kota yang merupakan kota satelit dimana hanya sedikit orang Tionghoa yang tinggal disitu. Bagi kelas menengah, terdapat kredit untuk rumah-rumah kecil sampai dengan 70 m2 dari Bank Tabungan Negara. Karena pembeli membeli sejumlah kapling sesukanya, ada orang Tionghoa kaya yang mampu membeli dua sampai tiga kapling sekaligus dan membangun rumah besar. Karena area perumahan ini terbagi menjadi daerah dengan kapling besar dan daerah dengan kapling kecil, orang kaya pun berkelompok didaerah dengan kapling besar membentuk area eksklusif terhadap golongan berpenghasilan rendah. Pembeli kaya ini umumnya para pedagang Tionghoa atau pejabat. Bagi golongan atas, sebenarnya  sudah ada kredit perumahan mulai dari rumah seluas 70m2 dari Papan Sejahtera. Di daerah ini jumlah penghuni Tionghoa lebih banyak dari pada Pribumi.

30) Perumahan ini diadakan oleh Perumnas.


No comments:

Post a Comment